Liburan dan Wisata

By Restu |    127 Views 08 Feb 2024, 23:29:48 WIB Konsultasi
Liburan dan Wisata

Dijawab oleh: Dr. Oni Sahroni Lc., MA


Baca Lainnya :

Pertanyaan

Assalamu'alaikum wr. wb.

Liburan sekolah dan kerja, biasanya dimanfaatkan keluarga untuk refreshing, rehat, termasuk jalan-jalan ke tempat wisata. Bagaimana pandangan fikih terkait aktivitas liburan tersebut?

 

Jawaban

Pertama, kaidah dasarnya, rehat dan refreshing (at-tarwih `an an- nafs), termasuk jalan-jalan dan wisata (siyahah/at-tanaqqul/adh-darb fil ardh) adalah fitrah insani (kebutuhan setiap insan). Agar jenuh, penat, dan letih mereda, juga agar fisik serta pikiran menjadi semangat kembali.

Bahkan, menjadi hal yang dianjurkan jika disertai dengan motivasi dan aktivitas prioritas yang dianjurkan sehingga bernilai ibadah dengan memenuhi adab-adabnya. Seperti ke bersamaan dan komunikasi suami, istri, dan anak-anak, silaturahim dan membersamai orang tua.

Kedua, di antara adab-adab liburan dan rehat tersebut.

(a) Motivasi yang baik dan prioritas, sebagaimana dijelaskan di atas.

(b) Memilih tempat liburan yang menyenangkan dan tidak yang bertentangan dengan nilai dan prinsip-prinsip dalam Islam (halal) sebagaimana disebutkan dalam Fatwa DSN MUI No.108/DSN- MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah.

(c) Memilih jenis aktivitas liburan dan tempat wisata sesuai dengan kondisi finansial; agar tetap proporsional, tidak berlebih-lebihan, dan tidak melalaikan hajat lain yang lebih prioritas.

(d) Tidak meninggalkan kewajiban sebagai Muslim, seperti salat lima waktu dan disiplin dengan aturan.

(e) Berdoa kepada Allah sebelum melakukan perjalanan; “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini. Dan berdoa setiap masuk ke tempat wisata, Aku berlindung kepada kalimat-kali- mat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya.” [HR Muslim]

Ketiga, kesimpulan tersebut sebagaimana dalil-dalil.

(a) Hadis Rasulullah SAW: Rasulullah SAW berkata kepada Handzalah, "Demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh jika kamu senantiasa menetapi apa yang kamu lakukan ketika kamu berada di sisiku dan ketika kamu berzikir, niscaya para malaikat akan menjabat tanganmu dalam setiap langkah dan perjalananmu. Tetapi dilakukan sedikit demi sedikit." [HR Muslim]

Al-Mubarakfuri menjelaskan maksud tetapi dilakukan sedikit demi sedikit adalah menunaikan kewajiban secara bertahap. Seseorang tidak nifaq, jika suatu waktu hadir dan waktu lain futur. Tetapi, saat hadir, engkau tunaikan hak Rabbmu, dan saat futur, engkau tunaikan hak dirimu.

(b) Sesungguhnya rehat, dan liburan bagian dari fitrah setiap insan yang menunaikan kebutuhannya secara seimbang (tawazun), termasuk seimbang antara kerja di kantor, aktivitas keluarga, serta rehat dan liburannya.

Seimbang berarti memiliki kadar masing-masing, seperti diilustrasikan dengan bumbu makanan yang masing-masing ada kadarnya agar enak disantap.

(c) Para sahabat Rasulullah SAW melakukan aktivitas rehat dalam kehidupannya, sebagaimana al-Ghazali dalam Ihyanya mengutip perkataan Ali bin Abi Thalib: Refreshkanlah hatimu sesaat, sebab jika dipaksa tanpa henti, justru ia akan tertutupi. Wallahu a'lam.

 

===

Dikutip dari kanal Muamalah Daily





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment