KHUTBAH JUMAT: Adab Menjaga Lisan

By Restu |    1294 Views 18 Des 2020, 06:43:24 WIB Khutbah
KHUTBAH JUMAT: Adab Menjaga Lisan

Keterangan Gambar : Sumber: internet


Oleh: H. Muhammad Choirin, Ph.D

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا.

Baca Lainnya :

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ...

           

Bagi manusia, lisan adalah alat yang paling efektif untuk berinteraksi dengan sesama. Denganya, seseorang dapat menyampaikan pandangan dan sikapnya kepada orang lain. Lisan juga yang menjadi alat untuk memberikan informasi dan mempengaruhi orang lain. Dengannya kebaikan dapat disampaikan dan keberkatan dapat diraih. Tapi terkadang lisan pula yang membuat pilu. Hubungan persaudaraan menjadi terganggu. Tak jarang kerana kesalahan berucap, pertikaian dan persengkataan berlaku. Justru itulah, agama mengajarkan kepada penganutnya untuk mempergunakan lisan dengan semestinya. Terlebih lagi keselamatan dan keberuntungan seseorang bergantung dari lisanya. Rasulullah SAW mengajarkan dan mencontohkan adab-adab yang mesti dijaga dalam berkata-kata. Dengan ucapan dan tauladan inilah, Rasulullah SAW disebut sebagai penyempurna akhlak.

 

Urgensi Lisan bagi Manusia

Menjaga lisan menjadi perbuatan yang amat mulia dalam islam. Satu waktu Rasulullah SAW pernah ditanya: “keislamanan bagaimana yang utama? Beliau menjawab: siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam selamat (tidak terganggu). (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Rasulullah SAW menegaskan diantara keutamaan dan kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat.. Rasulullah bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau berdiam”. (HR. Bukhari dan Muslim). Siapa mampu menjaga lisannya, ia berpeluang besar mendapat jaminan rumah di Surga Allah SWT. Sahal bin Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga) antara dua jenggotnya dan antara dua kakinya, niscaya aku jamin untuknya surga.” (HR. Bukhari).

Betapa pentingnya menjaga lisan, hingga bisa diumpamakan lisan bagai simbol dari beragam amal perbuatan seseorang. Rasulullah bersabda: “Setiap kali manusia memasuki pagi hari maka seluruh anggota tubuh merendahkan lisan dan berkata kepadanya: takutlah kepada Allah dalam bersama kami, karena kami tergantung kepadamu, jika kamu baik kami ikut baik, dan jika kamu menyimpang kami jadi menyimpang juga”. (HR. At-Tirmidzi).

Sebagaimana hati, sejauh mana penjagaan dan pengendalian terhadap lisan, hal tersebut bisa menjadi ukuran amal perbuatan seseorang. Maka, antara hati dan lisan saling berkaitan dan mempengaruhi amal perbuatan. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang hingga lurus lisannya”. (HR. Ahmad).

Hadirin Rahimakumullah

Menjaga lisan berarti tidak berbicara atau berugkap kecuali dengan baik, menjauhi perkataan buruk seperti kata kotor, menggossip (ghibah), fitnah dan adu domba. Setiap manusia dimintai pertanggungjawaban atas setiap perkataan dan ungkapannya. Firman Allah berbunyi: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (QS. Qaaf: 18).

 

Ghibah dalam Islam

Dalam masyarakat sering dijumpai budaya membicarakan aib orang atau memperkatakan kejelekan orang lain. Dalam masyarakat hal ini sering disebut dengan istilah gossip. Bagaimana dengan gosip atau ngomongin aib orang atau dalam bahasa agama disebut ghibah? Memang dalam kondisi tertentu ghibah diperbolehkan. Gosip atau dalam bahasa Islam adalah ghibah pada dasarnya merupakan diantara penyakit lisan yang sangat berbahaya, sehingga Allah SWT mengumpamakan siapa yang menjelekkan dan membicarakan aib seseorang dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12).

Rasulullah pernah menerangkan maksud dari ghibah: “Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah? Sahabat menjawab: Allah dan rasulNya yang mengetahui itu. Maka Rasul bersabda: engkau menyebut tentang saudaramu dengan apa yang ia benci. Sahabat bertanya: Jika pada dirinya benar apa yang aku katakan. Rasul menjawab: jika yang engkau sebutkan benar-benar ada pada dirinya, itulah ghibah, dan jika apa yang engkau sebutkan tidak ada pada dirinya itu adalah kedustaanmu atasnya”. (HR. Muslim).

Ghibah menghantarkan kepada permusuhan, terputusnya hubungan silaturahim, menanam benih kebencian dan iri hati. Ghibah bisa merusak ibadah seorang Muslim. Muslim yang berpuasa namun melakukan ghibah, pahala puasanya akan lenyap, begitu juga dengan ibadah lainnya. Diriwayatkan bahwa dua orang perempuan berpuasa pada zaman Rasul SAW membicarakan aib seseorang. Rasulullah mengetahui hal itu dan berkata tentang mereka: “Mereka berpuasa dari apa yang dihalalkan, tetapi berbuka dengan apa yang diharamkan”. (HR. Ahmad). Maksudnya mereka berdua berpuasa dari makan dan minum yang hukum awalnya adalah halal, tetapi ketika membicarakan aib seseorang Allah SWT tidak menerima ibadah puasa tersebut, seakan mereka membatalkannya.

Hadirin Rahimakumullah

Namun demikian ada beberapa kondisi seseorang diperbolehkan menyebut aib seseorang, meski dalam batasan yang diperlukan. Kondisi tersebut: Pertama: Dalam rangka menyampaikan dakwaan perlakuan zalim kepada hakim. Kedua: Untuk merubah kemunkaran dan mengarahkan seseorang yang berbuat munkar kepada kebaikan, agar ia kembali ke jalan yang benar dan enggan melakukan keburukan. Hal ini boleh dilakukan jika cara nasehat biasa dan upaya menutupi kemungkaran tidak lagi memberi pengaruh baginya untuk merubah perbuatannya. Ketiga: Berbuat dosa dan kemunkaran secara terang-terangan. Siapa yang melakukan kemunkaran secara terang-terangan, maka boleh dilaporkan agar ia bisa tercegah melakukannya. Keempat: Dalam rangka menjelaskan seseorang. Jika ada orang yang tidak bisa dikenal kecuali dengan menyebut julukan, misalnya fulan si buta, fulan si hitam, dan lainnya. Itu bokeh dilakukan karena tujuan untuk mengenal seseorang, tetapi tidak boleh jika bertujuan menghina dan meremehkan.

Imam Hasan Al-Bashri berkata: “Ghibah tidak boleh dilakukan kecuali tentang tiga orang; orang fasik yang berbuat dosa secara terang-terangan, orang yang menyebarkan bid’ah dan pemimpin yang sewenang-wenang.

Hadirin Rahimakumullah

Akhlak yang paling sempurna bagi seorang muslim ialah menjaga lisan. Baginya lisan adalah cahaya yang dapat menuntun dan memandu orang lain kembali kepada kebenaran. Perkataan yang tidak dijaga dapat menjerumuskan orang lain kedalam neraka. Jika demikian, pelaku juga akan bersama-sama ke dalam neraka karena ajakanya yang tidak benar. Terdapat seorang perempuan yang rajin solat, rajin puasa tetapi tidak mampu menjaga lisan kepada tetanganya hingalah ia tergolong menjadi ahli neraka. Kemuliaan seseorang terletak dalam lisan peraktaanya. Meskipun Rasulullah SAW adalah seorang manusia yang paling baik akhlaknya tetapi beliau menghindari perbuatan ghibah atau gossip. Jika terjadi kemunkaran dan keburukan dalam diri seseorang, beliau menasihati dan memberikan peringatan. Tidak sekali-kali keburukan orang lain itu dijadikan alasan untuk memperkatannya atau membicarakan keaiban itu di hadapan orang lain.

                أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah ke-Dua

 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ....




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment