KHUTBAH JUMAT: Ketika Semua Terjawab Dengan Istighfar

By Restu |    1735 Views 10 Des 2020, 09:51:53 WIB Khutbah
KHUTBAH JUMAT: Ketika Semua Terjawab Dengan Istighfar

     Oleh: Ustadz Akmal Burhanuddin Lc

 

إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.

Baca Lainnya :

 

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران102].

﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾ [الأحزاب: 70، 71].

أما بعد:

Ikhwatal Islam Rahimakumullah

Puji dan syukur senantiasa membasahi lidah dan lisan kita untuk Allah Rabbul Izzah

Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Rasul junjungan, suri tauladan dalam kehidupan, baginda Rasulullah, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.

 

Ikhwatal Islam,

Marilah kita tingkatkan iman dan taqwa kita, karena iman dan taqwa itulah yang akan menjaga kita semua dari debu-debu kemaksiatan dunia dan bisikan iblis yang selalu ditiupkan dari segala arah untuk menyesatkan anak manusia.

 

Ikhwatal Islam,

Tentu kita semua mengenal seorang ulama besar yang lahir di Madinah, kemudian hijrah ke Basrah. Kota tempatnya hijrah menjadi lebih terkenal ketimbang tempat dilahirkannya. Al-Bashri selalu menempel dibelakang namanya ketimbang Al-Madani, Beliau adalah Imam Hasan Al-Bashri. Ulama besar yang juga murid dari sahabat besar yang ahli tafsir, Abdullah bin Abbas atau Ibnu Abbas.

 

Sebagai ulama besar yang hidup di kota Bashrah, Imam Hasan Al Bashri memiliki Majelis Ilmu di Masjid Agung Basrah. Saat beliau sedang mengajar, datanglah seorang lelaki ketengah majelis nya

 

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى الحَسَنُ البَصْرِي وَ يَشْكُو عَنِ الجَدَبِ وَ القَحْطِ.

Wa yasyku anil jadabi wal qahthi, mengadu kepada Imam Hasan Al-Bashri tentang lahan pertaniannya yang tandus, tentang kebunnya yang tidak lagi subur, tentang tanahnya yang sebelumnya produktif dan bisa menghasilkan sayur mayur dan buah-buahan yang melimpah ruah dan banyak jumlahnya.

 

Namun lahan, ladang, sawah dan kebun itu kini tidak lagi menghasilkan, mulai tandus dan gersang. Banyak pepohonan yang tidak bisa lagi menghasilkan.

 

 

جَاءَ رَجُلٌ ثَانِي وَ يَشْكُو عَنْ الأموال

Lalu datang orang kedua, mengadu kepada Imam Hasan Al-Bashri tentang pendapatannya yang tidak pernah cukup, tentang gajinya yang selalu habis sebelum gajian bulan berikutnya datang, tentang uangnya yang selalu habis, padahal menurut logika cukup untuk menghidupi dirinya.

 

Kemudian datang laki-laki ketiga,

جَاءَ رَجُلُ الثَّالِثُ وَ يَشْكُو عَنْ قِلَّةِ الاَوْلَادِ

Pertanyaannya lebih aneh lagi dari orang pertama dan kedua. Apa yang diadukan kepada Imam Hasan Al-Bashri? ‘An Qillatil Awlad (tentang jumlah anaknya yang sedikit).

 

Ma’asyiral Muslimiin yang berbahagia,

Dari ketiga pertanyaan yang disampaikan oleh 3 orang yang berbeda, semuanya dijawab oleh Imam Hasan Al-Bashri dengan sebuah jawaban yang simple; ringkas, padat, pendek, namun penuh dengan makna.

 

Ketiga pertanyaan tersebut beliau jawab dengan : ISTAGHFIRILLAH (mintalah ampun kepada Allah)

 

Jika saja pertanyaan orang pertama diajukan kepada ahli pertanian, pasti jawabannya pertanyaan balik tentang berapa keasaman atau PH tanahnya, bagaimana irigasi pengairan atas ladang dan lahan tersebut, bibit apa yang digunakan. Namun ketika pertanyaan tersebut ditanyakan kepada Imam Hasan Al-Bashri, jawaban beliau hanya Istaghfirillah (mintalah ampun kepada Allah).

 

Begitu juga dengan orang kedua, jika pertanyaan itu disampaikan kepada ahli keuangan, pasti solusinya adalah berupa saran untuk mengatur cashflow atau arus kas masuk dan keluar. Sehingga tidak terjadi besar pasak daripada tiang. Namun saat pertanyaan ini disampaikan kepada Imam Hasan Al-Bashri, jawabannya hanya Istaghfirillah (mintalah ampun kepada Allah).

 

Begitu juga dengan lelaki yang ketiga, anak sudah ada, namun masih menanyakan kepada beliau tentang jumlah anak keturunannya yang sedikit.

 

Ikhwatal Islam,

Lelaki ketiga ini tentunya punya maksud ketika melayangkan pertanyaan tersebut kepada Imam Hasan Al-Bashri. Ia ingin membahagiakan Rasulullah saat di Padang Mahsyar nanti. Bukankah baginda Nabi nanti akan berbagga dengan banyaknya umat pada hari kiamat nanti  ( يتباهى النبي صلى الله عليه و سلم يوم القيامة ).

 

Ia juga yakin, aset yang paling berharga adalah anak yang shalih yang mendoakan orangtuanya. Semakin banyak anak, maka semakin banyak peluang doa-doa mereka didengar Allah.

 

Ma’asyirol Muslimin,

Jawaban yang diberikan oleh Imam Hasan Al-Bashri menandakan kedalaman ilmu beliau. Karena bisa jadi lahan yang tandus setelah sebelumnya subuh dan bisa menghasilkan banyak hasil pertanian, karena disebabkan dosa. Begitu pula dengan harta yang tidak pernah cukup, bisa jadi karena disebabkan ketidakberkahan. Demikian pula dengan jumlah keturunan yang Allah batasi, kemungkinan berawal dari ketidaktaatan kepada Allah. Yang sebelumnya mereka adalah ahlu tho’ah, lambat lain menjauh dari Allah sehingga menjadi ahlul ma’shiyat.

 

Pas dan tepat sekali ketika Imam Hasan Al-Bashri dengan jawaban yang sangat ringkas dan pendek, namun padat dan sarat penuh makna. MINTALAH AMPUN KEPADA ALLAH.

 

Jawaban yang disampaikan oleh Imam Hasan Al Basri merupakan intisari dari firman Allah dalam surat Nuh ayat 10-12

قال تعالى: ﴿ فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً * يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً* وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً ﴾ [نوح 10-12].

maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.

 

Inilah yang disebut dengan hokum kausalitas atsas sebab akibat.

Dengan asbab istighfar, maka Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan.

 

Karena asbab istighfar, Allah akan mengirimkan awan yang siap untuk menurunkan hujan.

 

Karena asbab istighfar, Allah akan membanyakkan harta dan anak. Dalam ayat ini Allah menggunakan kata amwal bentuk jamak dari MAALUN, yang berarti harta yang banyak melimpah. Demikian juga dengan Banin, anak keturunan yang banyak.

 

Karena asbab istighfar, Allah siapkan ladang perkebunan dan sarana air irigasi.

 

Ikhwatal Islam,

Setiap orang pasti memiliki problem dalam kehidupan. Tapi kita tidak bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi dengan otak kita, kita tidak bisa mengurai permasalahan hidup yang kita temui dengan akal pikiran kita semata. Semua ada batas dan kemampuannya. Otak kita terbatas, akal kita terbatas, pikiran kita terbatas.

 

Karena semua yang kita miliki serba terbatas, kita membutuhkan Dzat yang Maha melampaui batas dan tidak pernah dibatasi apapun juga.

 

Iyyaaka Na’budu wa Iyyaaka Nasta’in, hanya kepada Allah lah kita beribadah dan kepada Nya kita memohon pertolongan.

 

Bagi yang sedang banyak problem kehidupan, banyakin istighfar. Bagi yang belum punya keturunan tambahin istighfar lebih banyak lagi, bagi yang sedang kesulitan dalam harta, harus terus banyak-banyak istighfar. Semoga Allah membuka kan pintu kemudahan karena asbab istighfar yang kita lantunkan.

 

 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ,
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

نَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
 

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment