[Seri Tadabbur] Surat An-Naziat: 15-26

By Muslim ID |    2830 Views 25 Mar 2021, 06:58:33 WIB Al-Qur`an
[Seri Tadabbur] Surat An-Naziat: 15-26

Keterangan Gambar : red sea, pixabay


Oleh: Dr. Atabik Luthfi MA

 

 

Baca Lainnya :

هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِیثُ مُوسَىٰۤ ۝  إِذۡ نَادَىٰهُ رَبُّهُۥ بِٱلۡوَادِ ٱلۡمُقَدَّسِ طُوًى

"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah Musa?

Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu Lembah Tuwa;". (An-Nazi'at: 15-16)

 

Dari ayat 15 ini hingga ayat 26, pembahasan surat An-Nazi'at beralih tentang kisah nabi Musa as. Allah swt awali dengan pertanyaan (istifham): "Apakah sudah sampai kisah Nabi Musa as kepadamu?".

 

Pertanyaan tersebut menunjukkan pentingnya memahami dan mendalami kisah Nabi Musa as. Berarti sarat hikmah dan pelajaran. Karenanya kisah Nabi Musa as adalah kisah terbanyak di dalam Al-Qur'an. Perjalanan kisah Nabi Musa as berawal dari panggilan Allah, agar Musa menghadapNya, di lembah Tuwa yang suci. Di lembah itu, Allah swt langsung berbicara kepada nabi Musa as "Dan Allah berfirman langsung kepada Nabi Musa". (An-Nisa': 164).

 

 

ٱذۡهَبۡ إِلَىٰ فِرۡعَوۡنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ ۝  فَقُلۡ هَل لَّكَ إِلَىٰۤ أَن تَزَكَّىٰ

 

"Pergilah engkau kepada Fir‘aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas, Maka katakanlah (kepada Fir‘aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri". (An-Nazi'at: 17-18)

 

Ayat ini merupakan awal perintah Allah swt kepada Nabi Musa as, untuk menjalankan tugas dakwah. Nabi Musa as diperintah berdakwah justru kepada ayah angkatnya sendiri, yaitu Fir'aun;

"Dia (Fir'aun) berkata, “Bukankah kami telah mengasuhmu di lingkungan keluarga kami, waktu engkau masih kanak-kanak, dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu".

 

Allah swt mengingatkan Nabi Musa as di ayat ini, tentang sifat buruk Fir'aun, yaitu 'melampaui batas'. Gambaran ini penting untuk memudahkan dakwah nabi Musa, agar sesuai dengan keadaan. Karenanya, bahasa yang digunakan oleh Nabi Musa as adalah: 'Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri?'.

 

Demikian tuntunan Allah swt kepada nabi Musa as, sebagai pelajaran yang sangat berharga, dalam berdakwah kepada Allah swt.

 

 

وَأَهۡدِیَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ ۝  فَأَرَىٰهُ ٱلۡـَٔایَةَ ٱلۡكُبۡرَىٰ

 

"Dan engkau akan kubimbing ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepadaNya?” Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar". (An-Nazi'at: 19-20)

 

Dakwah itu cinta. Itulah bahasa Nabi Musa as kepada ayah angkatnya Fir'aun: "aku bimbing engkau...". Kesan bahasa ini bukan memaksa, tapi mengajak dan membimbing, agar timbul rasa takut kepada Allah swt.

 

Jika seseorang memiliki rasa takut kepada Allah, maka ia akan berhati-hati, dan jauh lebih baik dalam hidupnya. Untuk menguatkan ajakannya, nabi Musa as kemudian memperlihatkan mu'jizatnya, berupa tongkat. Tongkat yang bisa berubah menjadi ular besar, dan membelah lautan menjadi jalan yang menyelamatkan.

 

Demikian cara Allah swt menolong dan melindungi hambaNya yang shalih, yang berusaha membawa keluarganya menuju kebahagiaan.

 

 

فَكَذَّبَ وَعَصَىٰ ۝  ثُمَّ أَدۡبَرَ یَسۡعَىٰ

 

"Tetapi dia (Fir‘aun) mendustakan dan durhaka. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa)". (An- Nazi'at: 21-22)

 

Ajakan nabi Musa as dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, ternyata dibalas dengan sikap durhaka. Malah Fir'aun menantang kehebatan Nabi Musa, dihadapkan dengan para penyihir istana. Saat itulah pertolongan Allah swt datang. Mu'jizat tongkatnya membuktikan kebenaran dan keunggulannya. Begitulah hidayah sungguh di tangan Allah swt. Nabi Musa as hanya berikhtiar melaksanakan perintahNya. Pada ikhtiar itu terdapat ujian, kebaikan, dan balasan pahala. Nabi Musa as tidak menyesal atas hasil. Karena hasil itu mutlak di tangan Allah swt. Sedang tugas manusia adalah berusaha, dan terus berusaha.

 

 

فَحَشَرَ فَنَادَىٰ ۝  فَقَالَ أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلۡأَعۡلَىٰ

 

"Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya), (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (An-Nazi'at: 23-24)

 

Ayat ini berbicara tentang sikap Fir'aun, terhadap ajakan kebaikan nabi Musa as. Ia menolak dan mengundang seluruh pembesar kerajaan, untuk menunjukkan kebesarannya. Namun dosa Fir'aun yang tidak terampuni, saat Ia mengaku dirinya Tuhan yang paling tinggi. Meskipun akhirnya ia menyesal dan mengakui Allah sebagai Tuhannya, sesaat sebelum tenggelam.

 

"Ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang muslim (yang berserah diri).” (Yunus: 90).

 

Demikian ikhtiar maksimal Nabi Musa as, sekaligus akhir perjalanan Fir'aun, untuk menjadi pelajaran.

 

 

فَأَخَذَهُ ٱللَّهُ نَكَالَ ٱلۡـَٔاخِرَةِ وَٱلۡأُولَىٰۤ ۝  إِنَّ فِی ذَ ٰ⁠لِكَ لَعِبۡرَةࣰ لِّمَن یَخۡشَىٰۤ

 

"Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan di dunia. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah)". (An-Nazi'at: 25-26)

 

Ayat ini merupakan penutup kisah Nabi Musa as dan Fir'aun di surat An-Nazi'at. Nabi Musa diselamatkan, sedang Fir'aun ditenggelamkan. Keduanya menjadi pelajaran untuk kehidupan; mengambil sisi baiknya, dan membuang keburukannya.

 

Kedua sosok ini yang paling banyak diwartakan oleh Al-Qur'an,  Kurang lebih 26 surat memberitakannya. Pelajaran yang paling berharga dari ayat di atas, bahwa balasan itu bersifat duniawi dan ukhrawi. Jenis balasan atau hukuman pun beragam. Keduanya menjadi hak mutlak Allah swt, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Fir'aun ditenggelamkan di lautan, dan di akhirat kelak, ia akan menerima hukuman yang setimpal.

 

(Bersambung)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment