- Khutbah Jumat: Keutamaan Ayah yang Memberi Nafkah
- Benarkah Ada Ijma Ulama Terkait Haramnya Musik?
- Cinta Sepenuh Umat
- [Seri Tadabbur] Surat Al-Balad: 7 - 8
- Khutbah Jumat: Cara Allah Melindungi dan Memudahkan Hamba-Nya
- Hikmah Disyariatkan Qunut Nazilah?
- Sahabatmu Akan Menjadi Musuhmu
- [Seri Tadabbur] Surat Al-Balad: 5 - 6
- Khutbah Jumat: Tanda Takwa dalam Keluarga
- 3 Sifat Pemimpin Ideal Menurut Rasulullah
Dr. AGus Setiawan: Hakikat dan Keutamaan Amanah
Hakikat dan Keutamaan Amanah
Dr. Agus Setiawan
Baca Lainnya :
- Dr. Saiful Bahri : Menadaburi Al-Quran0
- Dr. Atabik Luthfi, MA: AL-QUR`AN DI BULAN RAMADHAN0
- Ustz Arsal Sjah, S.S: Bijaklah Berkomentar0
- Ustz. Abdullah Haidir, Lc: Dahsyatnya Memaafkan0
- Ustz Dr. Muhammad Choirin, Lc. MA: Bersedia Menerima Nasehat atau Kritik0
Secara bahasa, amanah berasal dari kata bahasa Arab : أَمِنَ يَأْمَنُ أَمْناً yang berarti aman/tidak takut. (Ibrahim Muthafa, Al-Mu`jam Al-Wasith hlm 28 ). Dengan kata lain, aman adalah lawan dari kata takut. Dari sinilah diambil kata amanah yang merupakan lawan dari kata khianat. Dinamakan aman karena orang akan merasa aman menitipkan sesuatu kepada orang yang amanah.
Secara istilah, ada sebagian orang yang mengartikan kata amanah secara sempit yaitu menjaga barang titipan dan mengembalikannya dalam bentuk semula.
Padahal sebenarnya hakikat amanah itu jauh lebih luas. Amanah menurut terminologi Islam adalah setiap yang dibebankan kepada manusia dari Allah Ta’ala seperti kewajiban-kewajiban agama, atau dari manusia seperti titipan harta.( Wahbah Az-Zuhayli, At-Tafsir Al-Munir juz 8 hlm 9)
Luasnya ruang lingkup amanah disebutkan oleh Sayyid Sabiq dalam bukunya Islamuna: “Amanah adalah segala sesuatu yang wajib dipelihara dan ditunaikan kepada orang yang berhak menerimanya. Amanah adalah kata yang pengertiannya luas mencakup segala hubungan. Konsisten dalam keimanan serta merawayatnya dengan faktor-faktor yang menyebabkan berkembang dan kekalnya adalah amanah, memurnikan ibadah kepada Allah adalah amanah, berinteraksi secara baik dengan perorangan dan kelompok adalah amanah; dan memberikan setiap hak kepada pemiliknya adalah amanah.” (Sayyid Sabiq, Islamuna hlm 166-167)
Keutamaan Amanah
Pertama, jalan menuju kesuksesan.
Allah Ta’ala menyebutkan salah satu golongan yang akan memperoleh kesuksesan/keberuntungan,
﴿وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِأَمَٰنَٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَٰعُونَ ٨﴾
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.” (QS. Al-Mu’minun: 8)
Kedua, sifat hamba-hamba mulia.
Amanah merupakan sifat para Nabi dan rasul, di dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala menceritakan hal ini. Nabi Nuh ‘alaihis salam berkata,
﴿إِنِّي لَكُمۡ رَسُولٌ أَمِينٞ ١٠٧﴾
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (QS. Asy-Syu’ara:107)
Nabi Hud ‘alaihis salam berkata,
﴿قَالَ يَٰقَوۡمِ لَيۡسَ بِي سَفَاهَةٞ وَلَٰكِنِّي رَسُولٞ مِّن رَّبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٦٧﴾
“Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikitpun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan Aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu” (QS. Al-A‘raf: 67-68)
Ketiga, tanda keimanan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ وَلاَ دِيْنَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memmegang janji.” (HR. Ahmad)
” أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خِصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خِصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعُهَا: إِذَا ائْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ”/ بخاري مسلم
“Empat hal, barang siapa dalam dirinya ada empat hal tersebut, dia munafik murni, dan barang siapa yang ada sebagian dari sifat itu, dia memiliki sebagian sifat nifak hingga dia meninggalkannya. Yaitu: Jika dipercaya khiyanat, jika berbicara bohong, jika berjanji ingkar dan jika bermusuhan (berseteru) dia jahat“ (Bukhari Muslim)
Keempat, kekayaan hakiki yang menandingi dunia dan seisinya.
أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيْكَ فَلاَ عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا:حِفْظُ أَمَانَةٍ، وَصِدْقُ حَدِيْثٍ، وَحُسْنُ خُلُقٍ، وَعِفَّةُ طُعْمَةٍ
“Empat hal jika dia ada dalam dirimu, engkau tidak merugi walupun kehilangan dunia: Menjaga amanah, berkata dengan jujur, berakhlak yang mulia dan menjaga makanan (dari yang haram).” (HR. Ahmad)
Kelima, salah satu kompentensi terpenting bagi seorang ‘amil (pekerja).
Hal ini seperti dikisahkan di dalam Al-Qur’an ketika salah seorang putri Nabi Syu’aib ‘alaihis salam merekomendasikan Nabi Musa ‘alaihis salam agar diangkat menjadi pekerja,
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’“. (QS. 28:26)
Semoga Allah azza wa jalla menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang amanah. Aamiin
Qoute: Setelah iman, sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan ini adalah amanah dan kepercayaan. Tidak ada makna hidup bagi seseorang, jika ia tidak mendapat kepercayaan dari orang lain.