Khutbah Jumat: Cara Rasulullah saw Menghormati Perasaan Para Sahabatnya

By Admin |    550 Views 27 Jun 2024, 22:28:24 WIB Khutbah
Khutbah Jumat: Cara Rasulullah saw Menghormati Perasaan Para Sahabatnya

Download printable Khutbah

Oleh: Dr. Derysmono, Lc., M.A.
(CEO adaustadzh.com, Sekum PP HDMI, Direktur Ma’had Aly Raudhotul Qur’an Azzam Sako)


Baca Lainnya :

Khutbah ke-I

إنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ باللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْاللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ الْأَوَأَنتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَيَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 

Kaum muslimin Rahimakumullah

Alhamdulillah nikmat Allah yang terus mengalir kepada kita, marilah kita iringi dengan curahan syukur kepada Allah. Hanya orang yang pandai bersyukurlah dapat memahami hakikat nikmat dan karunia. Rasa syukur menambah rasa cukup, rasa cukup menghantarkan kita kepada takwa kepada Allah, semoga kian hari kita makin bersyukur kepada Allah.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dimana beliau adalah qudwah hasanah, panutan yang patut ditiru, idola sepanjang masa, meski beliau telah tiada namun akhlaknya akan terus diikuti orang-orang yang mencintainya. Semoga kita bagian dari orang yang senantiasa mengikuti sunnah rasulullah saw.

Khatib berwasiat kepada para hadirin dan kepada diri khatib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan dan kehati-hatian dalam beramal, memahami ayat-ayat Allah dan tanda-tanda kekuasaan dan peringatan-Nya.

 

Kaum muslimin Rahimakumullah

Izinkan khatib membahas tema pada kesempatan ini yaitu “Cara Rasulullah saw menghormati perasaan para sahabatnya”.

 

Kaum muslimin Rahimakumullah

Allah Ta’ala berfirman

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

 

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berburuk-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [QS. Al-Hujurat: 12]

 

Hadirin yang dirahmari Allah dalam ayat ini Allah perintahkan kita untuk senantiasa menjaga kehormatan dan kewibawaan dari orang lain, dengan tidak berburuk sangka, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, membicarakan keburukan orang lain. Hal ini sesuai dengan “Maqashid Syari’ah” yaitu Hifzh ‘Ard menjaga kehormatan.

 

Selain menjaga kehormatan, ia juga bertujuan bagaimana menghormati perasaan orang lain, karena dalam diri manusia ada hati yang lembut, hati yang secara fitrahnya menyukai rasa dihormati, disayangi, dicintai, dan tidak suka dicaci, dibentak, dihina dan semisalnya.

Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling menghormati perasaan para sahabatnya, lihat bagaimana nabi saw menyampaikan nasihatnya,

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ

 

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya” [HR Bukhari dan Muslim]1

 

Hadirin yang dirahmati Allah

Lalu bagaimana cara Rasulullah saw menjaga perasaan sahabat-sahabatnya?

Pertama : Nabi saw tidak pernah melaknat, tidak pernah mencaci maki para sahabatnyanya.

Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya hadits-hadits bagaimana indahnya sikap Rasulullah saw kepada para sahabatnya,

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم فاحشا ولا لغاناً ولا سباباً

“Nabi saw. bukanlah orang yang biasa mengucapkan kata-kata jorok, bukan pengutuk dan bukan pula tukang cacimaki,” [HR. Muslim dari Anas].2

Di zaman yang serba digital ini, dimana manusia kerapkali hilangnya adab dan sopan santun, berkata-kata kotor dan menyakiti, mencaci maki secara brutal, tidak sedikitpun menghormati perasaan orang lain. Kita pula jangan terbawa-bawa oleh arus egoisme, hanya mementingkan perasaan pribadi tapi tidak peduli dengan perasaan orang lain.

Pesan Rasulullah saw,

بِحَسْبٍ أَمْرِي مِنَ الشَّرِ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ كُلِّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ

وَعِرْضُهُ

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya” [HR. Bukhari dan Muslim]

 

Hadirin yang dirahmati Allah

Kedua : Nabi saw tidak pernah mendoakan keburukan kepada orang lain

Sahabat Abu Hurairah pernah meminta kepada Nabi agar mendoakan kecelakaan, keburukan atau kesengsaraan bagi orang-orang musyrik. Nabi Saw, mengatakan :

 

إلى لمْ أبعث لغانا ، وإنما بعثت رَحْمَة (رواه مسلم )

“Aku tidak diutus Tuhan untuk mengutuk orang. Aku diutus hanya untuk menyebarkan kasih sayang.” [HR. Muslim]

 

Begitu indah dan agungnya akhlak rasulullah saw yang patut kita tiru, apa yang dilakukan rasulullah saw dituliskan dalam Al-Qur’an, Jiwa yang pemaaf, hati yang lembut, kata-kata nya yang halus.

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” [QS. Ali Imran: 159]

 

Ketiga : Nabi saw Menasehati tanpa menyakiti dan mampermalukan

Suatu saat anak Amr bin Ash dahulu dia shalat malam kemudian tidak lagi shalat malam, Nabi tidak menyebutkan nama anaknya Amr bin Al-Ash, tapi menyebut dengan kata “fulan”.

يا عبدَ اللهِ ! لا تكُنْ مِثلَ فُلان كان يقوم من الليلِ ، فَترَكَ قِيامَ الليْلِ

"Wahai Abdullah, jangan jadi seperti fulan; dia itu bangun di malam hari akan tetapi tidak shalat malam.” [HR Bukhari]

 

Dari Kisah lainnya, Aisyah bint Abi Bakr, isteri Nabi saw mengatakan : “bila Nabi mendengar orang lain, tokoh atau pemimpin yang bertindak kasar, atau kekeliruan, dan ingin menegurnya, atau memperbaikinya, beliau tidak menyebutkan namanya.

]عن عائشة أم المؤمنين:[ كان إذا بلغه عنِ الرَّجِلِ شيءٌ لم يقلْ: ما بالُ

فلانٍ يقولُ؟ ولكن يقولُ: ما بالُ أقوامٍ يقولونَ كذا وكذا 3

Beliau hanya bilang : “Maa Baalu Qawmin yaf’aluna kadza wa kadza”, “Maa Baalu al-Naas Yasytarithuna hadza wa hadza”. (Ada suatu kaum atau ada seseorang yang bertindak begini atau begitu/Ada orang-orang yang mensyaratkan ini dan itu). Ini dilakukan untuk tidak mempermalukannya di depan publik. Tujuan utamanya adalah memperbaiki perbuatannya, bukan menyakiti orangnya).

 

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (۱۳۳) بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، وَنَفَعَني وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُولُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ

 

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كِثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوالله فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلَا ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلَّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى انْبِيائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَةِ المُقرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرٍ وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ الْيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ أَلْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . عِبَادَ اللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبِيَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرْ

===

Sumber: raudhotulquranazzam

 

1. Muhammad Jarallah Al-Saadi (w. 1181), Al-Nawafeh Al-Atrah 213 • Sahih • Diriwayatkan oleh Muslim (2589), Abu Dawood (4874), Al-Tirmidzi (1934), Ahmad (8973), Al-Nasa' i dalam “Al-Sunan Al-Kubra” (11518).

2. Al-Bukhari (w. 256), Sahih Al-Bukhari 6046 • [Sahih]

3. Al-Albani (w. 1420), Sahih Al-Jami' 4692 • Sahih • Diriwayatkan oleh Abu Dawud (4788), Al-Tahawi dalam “Sharh Miskil Al-Athar” (5881), dan Al-Bayhaqi dalam “Shu’abul Al-Iman” (8099) dengan sedikit perbedaan




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment