Khutbah Idul Adha 1445 H: Keteladanan Keluarga Dalam Menggapai Cinta Allah

By Admin |    333 Views 13 Jun 2024, 16:47:12 WIB Khutbah
Khutbah Idul Adha 1445 H: Keteladanan Keluarga Dalam Menggapai Cinta Allah

Download printable Khutbah

Oleh: Dr. Derysmono, Lc., M.A.
(CEO adaustadzh.com, Sekum PP HDMI, Direktur Ma’had Aly Raudhotul Qur’an Azzam Sako)


Baca Lainnya :

Khutbah 1

 

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ. اللَّهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لا إِلهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَاللَّهِ الْحَمْدُ الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ السُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ اللَّهُمَّ صَلَّ وسَلّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةٍ الأنام في أَنْحَاءِ البلاد. أما بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

 

Hadirin jama’ah shalat Idul Adha yang yang dirahmati Allah,

 

Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd.

Marilah kita bersama-sama bersyukur kepada Allah swt, karena pada kesempatan ini kita dapat berkumpul di tempat ini, dalam rangka menunaikan ibadah yang mulia yaitu shalat idul Adha, meskipun terjadi perbedaan dalam pelaksanaan ied kali ini, namun kita semua sepakat bahwa Idul Adha dilaksanakan pada 10 Zulhijjah. Semoga rasa saling memahami, saling menghargai dan saling memaafkan tetap ada dalam hati dan sanubari kita sebagai wujud ketaqwaan dan kesyukuran kepada Allah.

Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, Nabi terbaik dalam menjadi panutan, Ayah yang terbaik bagi anak-anaknya, Suami terbaik bagi istri-sitrinya, Pemimpin terbaik bagi rakyatnya, Sahabat terbaik bagi sahabat dan rekannya, rugilah kita jika tidak mau mengikuti beliau, dalam setiap sendi kehidupan dan ibadah kepada Allah.

Khatib berwasiat kepada diri khatib dan kepada hadirin, marilah kita tancapkan keimanan dalam hati kita, kita terapkan nilai-nilai ketaqwaan dalam diri kita, kita tingkatkan keilmuan dan pengetahun kita, mudah-mudahan Allah bukakan pintu rahmatNya, Allah anugrahkan ampunannya kepada kita semua.

 

Hadirin jama’ah sholat Idul Adha yang yang dirahmati Allah,

Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd.

Dalam kesempatan ini, setidaknya ada beberapa Hikmah yang dapat kita ambil dalam momentum Idul Adha, yang juga bertepatan dengan pelaksanaan ibadah Haji. Mengingat banyak sekali peristiwa yang melatarbelakangi ibadah haji.

Maka izinkan khatib pada kesempatan ini menyampaikan tema : “Keteladanan Keluarga dalam Menggapai Cinta Allah.”

 

Hadirin jama’ah sholat Idul Adha yang yang dirahmati Allah,

Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd.

Dalam momentum Idul Adha dan Pelaksanaan Haji, ada terbeberapa sosok yang dapat kita teladani kehidupannya, yang mudah-mudahan dengan keteladan itu menjadi sebab datangnya Cinta Allah kepada kita, turunnya rahmat dan ampunan Allah kepada kita dan keluarga kita.

Diantaranya ada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Hajar, Nabi kita Nabi Muhammad saw.

 

Pertama: Keteladanan Ayah dalam diri Nabi Ibrahim Alaihissalam.

Allah SWT berfirman,

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia” QS. Al-Mumtahanan : 4

 

Hadirin yang dimuliakan Allah

Dalam ayat ini adalah bukti bagaimana Allah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai tauladan sepanjang masa, apalagi beliau ialah orang yang membangun Ka’bah bersama anak tercinta Nabi Ismail, beliau adalah contoh dalam mendidik keluarga,

Banyak sekali keteladan yang beliau berikan tatkala diperintahkan oleh Allah untuk membangun ka’bah, maka beliau membangun ka’bah, beliau diperintahkan untuk mengorbankan anaknya, beliau korbankan anaknya, Allah Ta’ala berfirman,

 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

 

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia menjawab: “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” [QS. as-Shoffat : 102]

 

Ketaatan kepada Allah menjadi visi dan misi keluarga Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim mengajarkan kita tidak arogan dan berkuasa kepada anak, tapi Nabi Ibrahim menanyakan terlebih dahulu kepada Nabi Ismail. Keteladan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak.

 

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,

أَذِبْ ابْنَكَ فَإِنَّكَ مَسْؤُوْلٌ عَنْهُ مَا ذَا أَدَبْتَهُ وَمَا ذَا عَلَّمْتَهُ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ بِرَكَ

وَطَوَاعِيَّتِهِ لَكَ

“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.” (Tuhfah al Maudud hal. 123).

 

Sebagai ayah dan orang tua jangan acuh tak acuh, tidak peduli dengan Pendidikan anak, tidak masa bodoh dengan pendidikan akhlak anak, karena anak adalah penerus kebaikan orangtuanya, anak adalah jalan surga bagi orangtuanya, sebelum menyesal mari perbaiki akhlak anak-anak kita, tidak ada kata terlambat dalam pendidikan, karena pendidikan sepanjang masa.

 

Dalam QS. An-Nisa Ayat 9 Allah berpesan,

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا

 

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

Poin penting keteladanan Nabi Ibrahim juga adalah melaksanakan Ibadah Kurban. Jangan sampai kita melewatkan momentum kebaikan yang luar biasa.

dalam hadis riwayat Imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Sayidah Aisyah, Nabi Saw. Bersabda;

 

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانِ قَبْلَ أَنْ يَقعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

“Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”

 

Allahu Akbar Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd,

Hadirin Idul Adha rahimakumullah.

Kedua: Keteladanan Nabi Ismail dalam Berbakti kepada orangtua.

Firman Allah dalam QS. as-Shoffat : 102 tentang kisah Nabi Ibrahim dan nabi Ismail, telah menunjukkan kepatuhan dan berbaktinya Nabi Ismail kepada ayahnya, kepatuhan yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Patuh meski nyawa beliau sebagai taruhannya.

Kepatuhan dan Berbaktinya Nabi Ismail bukan tanpa sebab, tapi semua itu terwujud karena keshalihan Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar diberikan anak keturunan yang shalih

 

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” [QS. As-Shoffat : 100]

 

Keshalihan dan ketaatan orangtua juga akan berdampak ke anak, doa orangtua akan berpengaruh kepada akhlak dan perilaku anak, jadi tidak bisa serta merta anak shalih tanpa proses, tiba-tiba, semua melewati proses dan tahapan.

Keteladanan Nabi Ismail Allah jelaskan dalam Al-Quran dalam Surat Maryam : 54

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِسْمٰعِيْلَ ۖاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلًا نَّبِيًّا ۚ

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” [QS. Maryam : 54]

 

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd,

 

Ketiga : Keteladanan Sayyidah Hajar sebagai Ibu yang mendidik penuh kasih.

dalam surah Ibrahim [14] ayat 37 Allah befirman:

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

 

Inilah salah satu ayat yang menjadi dalil bahwa Sayyidah Hajar dan Ismail ditinggal di padang pasir yang tandus, tidak ada tumbuhan, tidak ada air, kering kerontang, hanya membawa keimanan dan tawakalnya kepada Allah.

Sayyidah Hajar menjadi teladan bagi para ibu, bagaimana mendidik anak-anak mereka, kesebaran demi kesabaran, keteguhan yang ditunjukkan, sampai sekarang diabadikan lewat ibadah Sa’I, sa’I dari shofa ke marwah. Berbolak baik dalam rangka ketaatan kepada Allah.

 

Hadirin Jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,

Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd,

 

Keempat : Pesan Nabi Muhammad saw (sebelum wafat beliau) saat Haji terakhir .

Nabi Muhammad saw adalah tauladan sepanjang masa maka izinkan pada momentum Idul Adha dan hari raya haji ini khatib bacakan pesan Rasulullah saw di saat haji terakhir beliau, sebelum Nabi saw wafat,

"Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Saya tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi saya akan bertemu dengan kamu sekalian."

"Saudara-saudara! Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatanmu. Ya, saya sudah menyampaikan ini!"

"Barangsiapa telah diserahi suatu amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya."

"Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat zalim merugikan orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya dirugikan. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba al-Abbas bin Abdul-Muttalib semua sudah tidak berlaku."

 

Begitu mulia pesan-pesan Rasulullah saw ini, jika kita ingin dicintai Allah maka mari kita ikuti kita laksanakan perintah Allah. Sebagaimana Firman Allah,

 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

 

"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Ali Imran : 31]

 

Mudah mudahan kita dapat mengmbil hikmah dalam setiap pesan beliau ini.

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةٍ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا

فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

 

 

 

Khutbah II

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالسُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيْدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيْمًا كثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَتَنَى بِمَلائِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النّبي يا أيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلائِكَةِ المُقرَّبِينَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرٍ وَعُثْمَانٍ وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ الْيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ أَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ السِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الَّذِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَدْلَ الْمُسْلِمِينَ وَ دَمِرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلٍ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا انْدُونِيْسِيًا خاصَّةً وَسَائِرِ البُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبِّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَاوَانْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ عِبَادَ اللَّهِ ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبيَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا الله العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ

اللَّهِ أَكْبَرْ


===

Sumber: raudhotulquranazzam  






Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment