KHUTBAH JUMAT: Mencintai Rasulullah SAW

By Muslim ID |    769 Views 21 Okt 2021, 21:57:57 WIB Khutbah
KHUTBAH JUMAT: Mencintai Rasulullah SAW

Keterangan Gambar : ilustrasi (pixabay)


Oleh: Ust. Achmad Dahlan, Lc., M.A.
(Wakil Ketua, PW Ikadi DIY)

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ فَرَضَ حُبَّ نَبِيِّهِ عَلَى الْمُؤْمِنِيْن، وَجَعَلَ اتِّبَاعَهُ مَكْرَمَةً لِلْمُسْلِمِيْن، وَبُغْضَهُ ذِلَّةً وَهَوَانًا لِلْكَافِرِيْن.

Baca Lainnya :

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، مُجِيْبُ دُعَاءِ الْمُضْطَرِّيْن، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، الْمَبْعُوْثَ هَادِيًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا لِلنَّاسِ أَجْمَعِيْن.

صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْه، وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الْغُرِّ الْمَيَامِيْن، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِالتَقْوَى، فَهِيَ الزَّادُ فِي الدُّنْيَا، وَالنَّجَاةُ فِي الْأُخْرَى، قَالَ اللّٰهُ تَعَالَىٰ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ))

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai kedudukan yang tinggi dalam hati umat Islam. Karena kecintaan kepada beliau tidak sama dengan kecintaan kita kepada manusia yang lain. Mencintai Rasulullah adalah bagian dari iman dan Islam kita. Tidak akan sempurna keimanan seorang muslim hingga ia mencintai Rasulullah saw. melebihi cintanya kepada ayah, ibu, anak, dan semua manusia. Sabda Rasulullah saw.,

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

”Tidak sempurna iman salah di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada ayahnya, anaknya dan semua manusia.” (Muttafaq ‘Alaih)

 

Rasulullah saw. telah memberikan jaminan surga bagi orang-orang yang mencintainya. Bahkan, bukan sekedar surga, tapi surga tertinggi bersama Rasulullah saw. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa seorang sahabat bertanya tentang hari kiamat, maka Rasulullah bertanya kepadanya,

«وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا». قَالَ: لاَ شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»

“Apa yang telah engkau siapkan untuk hari kiamat?” Ia menjawab: “Aku tidak menyiapkan apapun kecuali bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka Rasulullah bersabda: “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.”
(Muttafaq ’Alaih)

 

Bagaimana mungkin kita tidak mencintai Rasulullah lebih dari semua makhluk? Padahal, beliau adalah makhluk yang paling dicintai Allah Ta’ala. Allah telah menjadikannya sebagai kekasih-Nya. Sabda Rasulullah,

«لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا، لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنَّهُ أَخِيْ وَصَاحِبِي، وَقَدْ اتَّخَذَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ صَاحِبَكُمْ خَلِيلًا»

”Seandainya aku boleh menjadikan seseorang sebagai khalīl (orang yang dikasihi), niscaya kujadikan Abu Bakar sebagai khalīl bagiku. Akan tetapi, ia adalah saudaraku dan sahabatku. Sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya.”
(H.r. Muslim)

 

Bagaimana mungkin kita tidak mencintai Rasulullah lebih dari semua makhluk? Padahal, beliau adalah sesempurna-sempurnanya manusia dan semulia-mulianya utusan Allah. Beliau manusia paling rupawan, paling tinggi pekertinya, dan paling besar jasanya kepada kita. Beliau adalah utusan Allah yang paling sabar, paling kasih kepada umatnya, dan paling banyak pengikutnya dibandingkan semua Nabi. Allah telah memilihnya menjadi pembawa risalah terakhir-Nya; risalah yang sempurna dan paripurna, yang menjadi penutup semua risalah Allah. Beliau lebih utama, lebih agung, dan lebih tinggi kedudukannya dibandingkan semua malaikat, jin, dan manusia.

 

Firman Allah Ta’ala,

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ
وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ
لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

 

“Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”  (Q.s. At-Taubah: 24)

 

Dalam ayat ini Allah mengancam orang yang lebih mencintai segala nikmat dunia daripada cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya bahwa ia akan menerima azab dari Allah. Demikian disampaikan oleh al-Hasan al-Bashri ketika menafsirkan firman Allah, ”Tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”.  Beliau berkata, ”Yaitu berupa azab yang disegerakan atau yang ditangguhkan” (Tafsir al-Qurthubi: 10/142).

 

Ancaman ini menunjukkan kewajiban mencintai Allah dan Rasulullah Muhammad saw. lebih dari segala jenis cinta. Maka berkenaan dengan ini, al-Qadhi Iyadh berkata, ”Cukuplah ayat ini menjadi motivasi, peringatan dan argumentasi kewajiban mencintai Rasulullah dan pentingnya masalah ini serta kelayakan Rasulullah mendapatkan keutamaan tersebut.” (Asy-Syifa Bita’rif Huquq al-Musthafa, 2/18)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Banyak orang mengklaim mencintai Rasulullah, tapi sedikit yang mampu membuktikan cintanya. Karena sejatinya, mencintai Rasulullah bukanlah sekadar ucapan di bibir. Ia adalah perasaan tulus yang dibuktikan dengan perbuatan. Mari kita belajar dari beberapa kisah para sahabat Rasulullah dalam membuktikan kecintaan mereka.

 

Pertama,  seorang wanita dari kalangan Anshar yang berasal dari kabilah Bani Dzubyan. Saat Perang Uhud, ia kehilangan suami dan saudara laki-lakinya. Keduanya termasuk di antara 70 orang sahabat yang gugur dalam perang tersebut. Ketika disampaikan kabar kematian mereka kepadanya, pertanyaan pertama yang ia sampaikan adalah, ”Lalu bagaimana dengan kondisi Rasulullah saw.?” Para sahabat menjawab, ”Beliau dalam keadaan baik, wahai Ummu Fulan.” Ia kemudian berkata, ”Biarkan aku melihatnya.” Maka, para sahabat menunjukkan keberadaan Rasulullah kepada wanita tersebut. Setelah melihatnya, wanita itu berkata, ”Semua musibah terasa ringan setelah mengetahui engkau dalam keadaan baik (wahai Rasulullah).” (H.r. Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah).

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Adakah di antara kita yang mampu melakukan seperti yang dilakukan wanita Anshar tersebut? Ia kehilangan orang yang paling dikasihinya, yaitu suami dan saudara laki-lakinya. Akan tetapi, ternyata hal itu tidak membuatnya bersedih, karena ada hal lain yang sangat ia khawatirkan. Ia sangat merisaukan keadaan Rasulullah. Musibah yang bagi manusia normal terasa sangat berat ia anggap ringan, setelah mengetahui bahwa Rasulullah dalam keadaan baik. Alangkah indah ungkapan yang keluar dari hati yang tulus itu, ”Semua musibah terasa ringan setelah mengetahui engkau dalam keadaan baik.” Inilah bukti kecintaan yang sangat agung.

 

Kedua, kisah heroik Khubaib bin ’Adi. Pada tahun keempat Hijriyah, Rasulullah mengirimkan 10 orang sahabat untuk mengajarkan Islam kepada kabilah ’Adhal dan Qarah atas permintaan mereka. Namun, saat mereka sampai di suatu tempat antara Usfan dan Makkah, kelompok kecil ini dikepung oleh 100 pemanah dari Bani Lihyan. Para sahabat berhasil berlindung di sebuah bukit kecil. Para pemanah tersebut berjanji untuk tidak membunuh mereka asalkan mereka mau turun. Para sahabat tidak mau turun sehingga terjadilah peperangan yang tidak seimbang. Tujuh orang dari mereka akhirnya syahid karena bidikan panah, hingga tinggallah Khubaib bin Adi, Zaid bin Datsinnah, dan seorang sahabat yang lain. Orang-orang musyrik itu kemudian menangkap dan mengikat ketiganya. Sahabat yang tidak diketahui namanya itu kemudian memberontak sehingga mereka pun membunuhnya.

 

Selanjutnya Khubaib dan Zaid dibawa ke Makkah dan dijual sebagai budak. Pada saat itu, terdapat sebuah kabilah bernama Bani Harits yang menyimpan dendam terhadap Khubaib, karena ia telah membunuh pemimpin mereka yang bernama Harits bin Amir pada perang Badar. Singkat cerita, mereka membeli Khubaib dengan niat untuk menyiksa dan membunuhnya.

 

Setiap hari Khubaib menerima siksaan. Setelah berhari-hari menyiksanya, mereka akhirnya berniat membunuhnya. Sebelum eksekusi dijalankan, Khubaib memohon agar diperbolehkan melakukan shalat terlebih dahulu. Maka, Khubaib mendirikan shalat dua rakaat. Usai shalat, Khubaib menoleh kepada para algojo yang mengawasinya sambil berkata, “Seandainya bukan karena dikira takut mati, maka aku akan menambah jumlah rakaat shalatku.” Setelah itu, Khubaib pun disalib pada sebuah tiang. Lalu tanpa sedikit pun rasa belas kasih, pasukan pemanah menghujaninya dengan anak panah. Dalam keadaan demikian, seorang pemuka Quraisy menghampirinya dan berkata, “Sukakah engkau bila Muhammad menggantikanmu sementara kau sehat wal afiat bersama keluargamu?”

 

Apakah kiranya jawaban Khubaib atas pertanyaan tersebut? Dengan sangat tegar, ia berkata, “Demi Allah, aku tidak rela bersama anak istriku selamat menikmati kesenangan dunia, sementara Rasulullah terkena musibah walau oleh sepotong duri!” (Ar-Rahiq al-Makhtum: 265)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Inilah bukti kecintaan yang tulus yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Masih banyak kisah sahabat yang lain yang menunjukkan betapa cintanya mereka kepada Rasulullah. Inilah bentuk cinta yang menggerakkan anggota tubuh untuk melakukan hal yang terlihat mustahil bagi sebagian orang.

 

Sesungguhnya kecintaan kepada Rasulullah menuntut kita untuk membuktikannya. Bukti cinta itu adalah menjadikannya sebagai teladan dalam kehidupan. Kecintaan kepada Rasulullah juga harus terwujud dalam ketaatan terhadap perintahnya, menjauhi larangannya dan selalu bershalawat kepadanya. Kita juga dituntut untuk membenarkan semua sabdanya, memuliakan dan mengamalkan hadis-hadisnya, mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnahnya, melaksanakan wasiat-wasiatnya, serta membela dan menolongnya bersama risalah yang dibawanya.

 

Semoga Allah mengaruniakan kita cinta yang tulus kepada Rasulullah saw. dan memberikan taufik-Nya agar kita mampu membuktikan cinta itu dalam bentuk amal yang nyata, Amin Ya Rabbal Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ  بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْم، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، وَتَقَبَّلَ مِنَّا تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْم

 

 Khutbah Kedua

 

اَلْحَمْدُ لله عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشهَدُ أَن لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه،

وأَشهدُ أنَّ نَبِيَّنَا مُحمَّدًا عَبدُهُ وَرَسُولُهُ اَلدَّاعِي إِلى رِضْوَانِه.

أَمَّا بَعْد؛

فَيَا عَبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلاَ تَـمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون.

ثُمَّ صَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى الْهَادِي الْبَشِيْر، وَالسِّرَاجِ الْمُنِيْر، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَاحِبِ الْفَضْلِ الْكَبِيْر. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ: ((إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا))

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنـِّكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن .

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسَلَامَ وَالْمُسْلِمِيْن وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْن

اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا ، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُورِنَا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاة…

 

===

Sumber: IKADI DI Yogyakarta




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment