Bolehkah Berbicara Ketika Makan?

By Muslim ID |    672 Views 19 Okt 2021, 06:41:45 WIB Fiqih
Bolehkah Berbicara Ketika Makan?

Keterangan Gambar : ilustrasi (pixabay)


Oleh: Ardiansyah Ashri Husein Lc., MA

 

Dalam menyantap makanan yang ada beberapa adab yang dianjurkan bagi kaum muslimin. Di antaranya mengawali makan dengan basmalah, makan dengan tangan kanan, dan makan makanan yang terdekat dengannya.

Baca Lainnya :

 

Termasuk antara adab yang sangat dianjurkan ketika menyantap makanan adalah memuji makanan yang ia makan. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memuji makanan yang ia makan walau hanya sebatas lauk cuka yang bisa dibilang termasuk lauk paling sederhana.

 

Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu,


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللّهِ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُمَا أَنّ رَسُولَ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْإِدَامَ فَقَالُوا : مَا عِنْدَنَا إلا خَلّ فَدَعَا بِهِ وَجَعَلَ يَأْكُلُ وَيَقُولُ نِعْمَ الْإِدَامُ الْخَلّ نِعْمَ الْإِدَامُ الْخَلّ

“Diriwayatkan dari sahabat Jabir bin Abdillah bahwa Nabi Muhammad ﷺ meminta pada keluarganya lauk-pauk, lalu keluarga beliau menjawab, “Kita tidak memiliki apapun kecuali cuka”. Nabi pun tetap meminta cuka dan beliau pun makan dengan (campuran) cuka itu, lalu beliau bersabda, “Lauk yang paling baik adalah cuka, lauk yang paling baik adalah cuka’.” (HR Muslim).

 

Imam An-Nawawi menjelaskan hadits di atas,

وَفِيهِ اِسْتِحْبَاب الْحَدِيث عَلَى الْأَكْل تَأْنِيسًا لِلْآكِلِينَ

“Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berbicara ketika menyantap makanan, untuk membuat suasana akrab bagi orang-orang yang ikut makan.” (Syarh Shahih Muslim, 7/14).

 

Berdasarkan hadits ini, para ulama menganjurkan untuk berbicara ketika makan. Terutama pembicaraan yang isinya pujian terhadap makanan dan pujian kepada Allah yang telah memberi rezeki berupa makanan.

 

Ibnul Muflih menyebutkan keterangan Ishaq bin Ibrahim,

تعشيت مرة أنا وأبو عبد الله وقرابة له فجعلنا لا نتكلم وهو يأكل ويقول الحمد لله وبسم الله، ثم قال أكل وحمد خير من أكل وصمت ولم أجد عن أحمد خلاف هذه الرواية صريحا ولم أجدها في كلام أكثر الأصحاب، والظاهر أن أحمد – رحمه الله – اتبع الأثر في ذلك فإن من طريقته وعادته تحري الاتباع


“Suatu ketika aku makan malam bersama Abu Abdillah yaitu Imam Ahmad bin Hanbal beserta salah satu kerabat beliau. Ketika makan kami sedikit pun tidak berbicara sedangkan Imam Ahmad makan sambil mengatakan alhamdulillah dan bismillah setelah itu beliau mengatakan, “Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam.”

 

Selain pernyataan ini, aku tidak mendapatkan keterangan lain dari Imam Ahmad yang secara tegas menyelisihi ulama pengikut Imam Ahmad yang menyelisihi pendapat beliau di atas. Kemungkinan besar Imam Ahmad berbuat demikian karena mengikuti dalil, sebab di antara kebiasaan beliau adalah berupaya semaksimal mungkin untuk sesuai dengan dalil.” (Adab Syariyyah, 3/177).

 

Keterangan lain yang disampaikan Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar,

بابُ استحباب الكَلامِ على الطَّعام.  فيه حديث جابر الذي قدَّمناه في ” باب مدح الطعام “.قال الإِمام أبو حامد الغزالي في ” الإِحياء ” من آداب الطعام أن يتحدَّثوا في حال أكله بالمعروف، ويتحدّثوا بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها

 

“Dalam Bab anjuran Berbicara Ketika Makan. Berkenaan dengan ini terdapat sebuah hadits yang dibawakan oleh Jabir radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam sub “Bab memuji makanan”. Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab al-Ihya mengatakan bahwa termasuk etika makan ialah membicarakan hal-hal yang baik sambil makan, membicarakan kisah orang-orang yang shalih dalam makanan.” (Al-Adzkar, hlm. 234).

Kesimpulannya, berbicara ketika makan diperbolehkan dalam agama Islam bahkan sunnah seperti telah dijelaskan di atas. Namun perlu dicatat bahwa anjuran berbicara pada saat menyantap makanan hendaknya tidak dilakukan pada saat seseorang mengunyah makanannya, sebab hal ini dikhawatirkan akan membuat makanan yang sedang dikunyah jatuh pada makanan dan mengotori makanan tersebut. Penjelasan ini seperti yang diuraikan dalam syarah kitab Ihya’ Ulum ad-Din, yakni kitab Ittihaf as-Sadat al-Muttaqiin,


ـ (ويتحدثون بحكايات الصالحين في الأطعمة وغيرها) ليعتبروا بذلك ولكن لا يتكلم وهو يمضغ اللقمة فربّما يبدو منها شيء فيقذر الطعام

 

"Berbicara tentang kisah orang-orang shalih saat makan adalah untuk mengambil pelajaran dan keteladanan seraya menyantap makanan. Namun perlu diperhatikan bahwa seseorang hendaknya tidak berbicara ketika sedang mengunyah makanan, karena itu sangat mungkin terjatuh (dari mulutnya) dan mengotori makanan yang dimakan". (Muhammad bin Muhammad Al-Husaini Az-Zabidi, Ittihaf As-Sadat Al-Muttaqin, juz 5, hal.229).

 

Demikian penjelasannya, semoga bermanfaat.

 

Wallahu a'la wa a'lam

 

 

===

Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Asamuslim.id dengan Indonesia Sharia Consulting Center

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment