Menyambut Bulan Ramadan Oase Jiwa

By Muslim ID |    337 Views 30 Mar 2022, 07:35:18 WIB Ramadhan
Menyambut Bulan Ramadan Oase Jiwa

Keterangan Gambar : ilustrasi (pixabay)


Oleh: Mohammad Sofwan Lc., MA.

 

Keinginan ada yang diam (pasif), ada keinginan aktif, dan keinginan yang mendatangkan kesempatan.

Baca Lainnya :

Sebentar lagi kita menyambut bulan Ramadan. Ramadan bagaikan oase jiwa kita. Oase adalah air yang berlimpah di padang pasir yang tandus. Bisa kita bayangkan betapa beruntungnya jiwa kita yang kehausan saat mendapat keberkahan bulan Ramadan.

 

Perjalanan Meletihkan

Bayangkanlah bahwa diri kita sedang berada dalam perjalanan di padang pasir yang sangat gersang dan panas. Begini kira-kira kondisi kita saat itu.

  • Kehausan, karena kurang bekal air.
  • Kelaparan, karena kurang bekal makanan.
  • Kepanasan, karena kurang naungan.
  • Terluka, karena sering jatuh dan karena serangan binatang buas.
  • Tubuh sudah sangat lemah, karena perjalanan yang sangat jauh.
  • Tunggangan lemah, karena kelelahan.

 

Harapan di Depan Mata

Di saat berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan, ternyata ada orang yang mengabarkan tentang adanya sebuah oase yang di depan.

Orang kita menceritakan bagaimana oase yang tidak lama lagi akan dia jumpai itu.

  • Airnya sejuk menghilangkan dahaga.
  • Pepohonan di sekitarnya menyediakan buah-buahan yang sangat segar.
  • Pepohonannya rimbun memberikan naungan yang sangat menyejukkan.
  • Beristirahat di sana bisa memulihkan luka dan kondisi tubuh.
  • Air dan buah-buahannya bisa dibawa untuk bekal perjalanan.
  • Kendaraan bisa kembali pulih untuk melanjutkan perjalanan.

 

Jiwa Kita Musafirnya

Perjalanan yang dimaksud adalah perjalanan jiwa kita. Jiwa kita sedang melakukan perjalanan panjang menuju kampung halamannya di surga.

Jiwa juga seperti tubuh kita, bisa sehat, sakit, dan lemah sekali.

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?” [Al-An’am: 122].

 

Jiwa juga butuh makanan. Makanan jiwa adalah tafakkur, tadabur, dzikir, dan amal ibadah. Ibnul Qayim mengatakan,

“Kebutuhan hati kepada Al-Quran lebih besar daripada kebutuhan fisik kepada makanan dan obat-obatan.”

 

Jiwa juga bisa terluka. Ketika melakukan keburukan, jiwa akan terluka dan keberatan. Dosa bisa memberati jiwa sehingga tidak bisa bergerak.

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ. الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ

“Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu?” [Asy-Syarh: 2-3].

 

Setan selalu mengitari kita. Seperti binatang-binatang buas mengancam keselamatan kita di sepanjang perjalanan.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ. ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).’” [Al-A’raf: 16-17]

 

Perjalanan jauh sangat melelahkan. Jauh lebih melelahkan daripada perjalanan di padang pasir tandus.

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” [Al-Insyiqaq: 6].

 

Kendaraan jiwa adalah fisik kita. Semakin tua, semakin lemah. Puasa di bulan Ramadan bisa menyehatkan. Dalam sebuah hadits dhaif dikatakan:

صوموا تصحوا

“Berpuasalah maka kalian akan sehat.”

 

Oase Ramadan di Depan Mata

Bulan Ramadan adalah oase bagi jiwa kita. Kita menyambut bulan Ramadan karena menjanjikan banyak sekali kebaikan yang sangat dibutuhkan jiwa kita. Banyak kebaikan yang disediakannya.

Banyak makanan disediakan sangat murah di bulan Ramadan. Shalat wajib, puasa, sedekah, tilawah dan tadarus quran, buka puasa, qiyamullail. Ini adalah makanan dan minuman jiwa.

Masjid adalah pusat kegiatan kita di bulan Ramadan. Masjid adalah naungan Allah Taala.

سبعة يظلهم الله في ظله يوم لا ظل إلا ظله ، إمام عادل وشاب نشأ في عبادة الله ، ورجل قلبه معلق بالمساجد

“Ada tujuh golongan orang yang akan mendapatkan naungan Allah di hari tiada naungan selain naungan-Nya. Pemimpin yang adil, anak muda yang rajin beribadah, orang yang hatinya tergantung di masjid-masjid…” [Bukhari-Muslim].

 

Obat dari luka-luka dan penyakit kita adalah taubat. Kita menyambut bulan Ramadan karena akan membersihkan luka-luka kita.

التائب من الذنب كمن لا ذنب له

“Orang yang bertobat dari dosanya adalah seperti orang yang tidak memiliki dosa sama sekali.” [Ibnu Majah].

 

Bekal perjalanan yang bisa dikumpulkan adalah ketakwaan.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah ketakwaan.” [Al-Baqarah: 197].

Kendaraan yang bisa dikuatkan kembali adalah fisik kita yang insya Allah bisa tambah sehat dengan berpuasa.

 

Merindukan Bulan Ramadan

Di antara usaha untuk bisa mendapatkan kebaikan-kebaikan oase Ramadan adalah dengan menguatkan kerinduan kita berjumpa dengan bulan mulia ini. Menyambut bulan Ramadan dengan kerinduan yang kuat.

Kebaikan-kebaikan yang disebutkan dalam bulan Ramadan jangan hanya masuk ke dalam akal kita. Karena yang menggerakkan manusia adalah hati, maka semua informasi dan kabar baik tentang bulan

 

Ramadan itu harus masuk ke dalam hati.

Lalu karena hati adalah tempat perasaan, maka semua informasi itu harus berubah menjadi perasaan. Di antara perasaan yang tepat dalam hal ini adalah rasa rindu bertemu bulan Ramadan, dan khawatir kehilangannya.

 

Keinginan Harus Diungkapkan

Apa yang ingin kita dapatkan di bulan Ramadan harus kita ungkapkan. Target-target capaian ibadah, kegiatan, variasi ibadah, dan sebagainya harus kita ungkapkan dan tidak sekadar menjadi isi hati.

Karena keinginan ada yang diam (pasif), ada keinginan aktif, dan keinginan yang mendatangkan kesempatan. Semoga dengan mengungkapkan keinginan-keinginan kita Allah SWT akan membukakan jalan-jalan kebaikan yang sebelumnya seperti tertutup. Seperti itulah menyambut bulan Ramadan.

Kita juga hendaknya sering memanjatkan doa

اللهم بارك لنا في رجب ، وشعبان ، وبلغنا رمضان

“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syaban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan.” [Thabrani].

 

Keinginan Harus Benar

Kita harus melihat bulan Ramadan dengan pandangan yang benar. Bahwa bulan Ramadan adalah sarana yang Allah SWT siapkan agar kita bisa mengumpulkan bekal kehidupan dunia dan akhirat kita.

Keinginan kita baru benar-benar keinginan yang kuat jika kita kemudian menyiapkan diri. Membuat persiapan menyambut bulan Ramadan.

Allah Taala berfirman:

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ

“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” [At-Taubah: 46]

 

Ada perbedaan mendasar antara azimah (tekad) dan tamanni (angan-angan) belaka. Di antaranya:

Azimah adalah lintasan pikiran, diyakini baik dan bermanfaat, ingin mencapainya, dan terpikir cara mendapatkannya. Sedangkan tamanni kita tidak terpikir cara mendapatkannya. Semoga kita semua berjumpa bisa menyambut bulan Ramadan dan bisa mendapatkan kebaikan-kebaikan oase jiwa kita itu.

 

===

Sumber: mukjizat.co




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment