Menyambut Ramadan dengan Ibadah Hati

By Muslim ID |    210 Views 16 Mar 2022, 06:29:20 WIB Ramadhan
Menyambut Ramadan dengan Ibadah Hati

Keterangan Gambar : ilustrasi (pixabay)


Oleh: Mohammad Sofwan Lc., MA

 

Hendaknya kita menyambut bulan Ramadan dengan ibadah hati. Karena tujuan puasa Ramadan adakan mewujudkan ketakwaan yang merupakan amalan dan ibadah hati.

Baca Lainnya :

 

Umat Islam akan segera menyambut bulan Ramadan yang mulia. Kesempatan besar kita menjadi orang bertakwa. Bukan hanya dengan persiapan fisik, tapi juga dengan ibadah hati.

 

Orang bertakwa adalah orang yang selalu melaksanakan apa yang perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya dengan motivasi takut kepada siksaan-Nya dan mengharap surga-Nya.

 

Tujuan Adanya Banyak Pahala

Agar umat Islam menyambut dan memanfaatkannya dengan baik, Allah SWT menyediakan banyak keistimewaan di dalamnya sehingga menjadi bulan yang terbaik di antara bulan-bulan yang lain.

 

Itu wajar. Sebuah sunnatullah bahwa Allah SWT menjadikan sejumlah waktu dan tempat lebih mulia dari waktu dan tempat yang lain. Allah SWT juga menjadikan sejumlah amalan lebih mulia dari amalan-amalan yang lain.

 

Semua tempat pada dasarnya sama saja, bisa untuk beribadah. Seperti hadits Rasulullah saw.

وجعلت لنا الأرض كلها مسجدا

“Allah menjadikan untukku semua bumi sebagai tempat bersujud.” [Muslim].

 

Di mana saja kita dibolehkan melaksanakan shalat. Namun beliau juga bersabda:

لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى

“Janganlah suatu perjalanan diadakan, kecuali ke salah satu dari tiga masjid berikut, Masjidil Haram, masjid Rasulullah SAW dan Masjidil Aqsha.” [Bukhari].

 

Rupanya ada beberapa masjid yang lebih istimewa, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha. Pahala shalat di masing-masing masjid tersebut berbeda.

 

Waktu-waktu Istimewa

Demikian juga dengan waktu. Seluruh waktu, selama manusia masih hidup, adalah bisa untuk beribadah.

Namun ada beberapa waktu yang Allah SWT bedakan, dan jadikan sebagai waktu yang istimewa.

  • Siang hari yang paling baik adalah wukuf di Arafah.
  • Malam hari yang paling baik adalah Lailatul Qadar.
  • Hari yang paling baik adalah hari Jumat.
  • 10 hari yang paling baik adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
  • Bulan yang paling baik adalah bulan Ramadan, yang berjumlah 29-30 hari. Dalam hari-hari itu ada 10 hari terakhir lebih diistimewakan. Lalu dalam 10 hari tersebut, ada 5 hari ganjil lebih diistimewakan lagi. Dari 5 hari tersebut, 1 malam Lailatul Qadar sangat diistimewakan. Dari 1 malam tersebut, seperempat malam terakhir itu lebih diistimewakan.

Ini adalah keistimewaan untuk umat Islam. Umat-umat yang lain tidak memilikinya. Hingga pahala umat Islam bisa lebih banyak dari pahala umat-umat yang lain. Seperti ada dalam sebuah hadits bahwa orang Yahudi beramal hingga waktu dhuhur. Orang Nasrani beramal dari dari waktu dhuhur hingga waktu ashar. Sedangkan umat ini beramal dari waktu ashar hingga maghrib. Namun pahala umat Islam jauh lebih besar dari pahala umat Yahudi dan Nasrani.

 

Walaupun demikian, masih banyak umat Islam yang melalaikan keistimewaan ini hingga tidak dapat memanfaatkannya dengan baik. Umat Islam hendaknya menyambut bulan Ramadan dengan ibadah hati agar tetap terus bersemangat beribadah. Seperti ada dalam sebuah hadits.

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua macam kenikmatan yang seringkali orang tertipu dan tidak bisa memanfaatkannya; nikmat kesehatan dan keluangan waktu.” [Bukhari]

 

Siap Menyambut Ramadan

Untuk dapat memanfaatkannya dengan baik, perlu dilakukan beberapa persiapan. Di antaranya adalah:

 

Menyiapkan keikhlasan

Ramadan dengan ibadah hati pertama adalah memastikan adanya keikhlasan. Ibadah-ibadah yang diterima adalah yang dilakukan dengan ikhlah, seperti dalam ayat

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Al-Mulk: 2].

 

Oleh karena itu, tentang ibadah bulan Ramadan disebutkan

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Orang yang berpuasa Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala maka akan Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa yang telah dia lakukan.” [Bukhari, Muslim].

 

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Orang yang menghidupkan malam dengan beribadah di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala maka akan Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa yang telah dia lakukan.” [Bukhari, Muslim].

 

Membuat persepsi yang baru

Menyambut Ramadan dengan ibadah hati juga harus kita landaskan kepada persepsi yang benar tentang bulan Ramadan. Bahwa bulan Ramadan bukan bulan puasa. Bulan Ramadan adalah bulan ibadah. Oleh karena itu dalam ayat disebutkan:

 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” [Al-Baqarah: 185].

 

Ramadan adalah bulan turunnya Al-Qur’an. Bulan ini mulia, karena menjadi waktu turunnya Al-Qur’an. Puasa tidak dikhususkan pada bulan ini saja. Seperti hari-hari besar yang diperingati, biasanya mempunyai banyak keistimewaan.

 

Puasa diwajibkan untuk menghormati turunnya Al-Qur’an. Oleh karena itu, banyak sekali ibadah yang dianjurkan untuk dilaksanakan pada bulan ini.

  • Puasa
  • Qiyamullail
  • Tilawah
  • Memberi hidangan buka puasa kepada orang lain
  • Memberi sedekah
  • I’tikaf
  • Mencari Lailatul Qadar
  • Berdzikir kepada Allah SWT

 

Bertaubat

Bulan Ramadan banyak sekali mengandung amal kebaikan, kita harus menyambut Ramadan dengan ibadah hati, yaitu taubat. Karena orang yang berlumuran dosa tidak akan bisa dan bersemangat melaksanakan ibadah dengan baik. Ali bin Abi Thalib ra. pernah mendapat curhatan seseorang yang tidak bisa beribadah, beliau menjawab, “Engkau diikat dengan dosa-dosamu.”

 

Dan orang yang tidak mendapat ampunan di bulan ini, didoakan Rasulullah saw. semoga celaka.

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

“Sungguh hina dan buruk orang yang kedatangan bulan Ramadan tapi hingga bulan Ramadan pergi dia belum mendapatkan ampunan.” [Thabrani].

 

Padahal setiap malamnya Allah SWT membebaskan banyak orang dari neraka.

وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Allah SWT menentukan orang-orang yang mendapatkan kebebasan dari neraka. Dan pemilihan itu terjadi setiap malam.” [Thabrani].

 

Melaksanakan ibadah-ibadah tersebut sesuai dengan sunnah Rasulullah saw

Melaksanakan ibadah sesuai sunnah Rasulullah saw. adalah sebuah keniscayaan bila kita ingin adanya penerimaan ibadah-ibadah kita oleh Allah SWT. Karena menyambut Ramadan dengan ibadah hati bukanlah asal-asalan dan tanpa aturan.

 

Penting sekali mengusahakan penerimaan Allah SWT terhadap ibadah kita, karena hal itu berarti kita mendapatkan pahala. Allah SWT menolak ibadah kita, berarti kita tidak mendapatkan pahala.

 

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” [Al-Kahfi: 110].

 

Oleh karena itu, dianjurkan banyak belajar dan membaca buku-buku tuntunan bagaimana beribadah di bulan Ramadan ini dengan benar.

 

Menyiapkan kesabaran

Bisa melaksanakan ibadah kepada Allah SWT memerlukan kesabaran. Ini hal yang sangat penting dalam menyambut Ramadan dengan ibadah hati. Hanya orang sabar yang bisa melaksanakan ibadah. Oleh karena itu wajib mewujudkan kesabaran itu di bulan Ramadan.

 

Di antara jalan menuju kesabaran adalah:

  • Cinta Allah SWT.
  • Takut kepada Allah SWT.
  • Menjaga kemulian diri.
  • Tidak thulul amal (banyak berangan-angan).
  • Tidak berlebih-lebihan dalam makan, minum, tidur, dan hal-hal mubah yang lain.
  • Malu kepada Allah SWT
  • Mengingat nikmat-nikmat Allah SWT
  • Merenungkan buruknya kemaksiatan.
  • Merenungi akibat buruk kemaksiatan.
  • Mengetahui faidah kebaikan.
  • Dan sebagainya.

 

Memperbaiki manajemen waktu

Bagaimana kita menyambut Ramadan dengan ibadah hati, sementara waktu kita berantakan? Dalam bulan Ramadan banyak sekali kebiasaan buruk. Misalnya malas, banyak tidur, menonton televisi, begadang, banyak makan dan minum. Semua itu akan menjadi pencuri waktu bernilai kita.

 

Karena itu Ramadan akan terasa sangat cepat berlalu. Seperti tak terasa, ternyata bulan Ramadan sudah habis. Padahal kita belum melakukan banyak kebaikan.

 

أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ

“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.” [Al-Baqarah: 184].

 

Hendaknya kita bersyukur telah mendapatkan nikmat berupa berkesempatan bertemu dengan bulan Ramadan. Syukur kita wujudkan dengan menggunakan nikmat itu sebaik-baiknya untuk beribah. Kalau tidak mensyukuri nikmat ini, maka akan terlaknat.

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Ibrahim: 7].

 

Selalu muhasabah (menghitung-hitung amalan)

Menghitung-hitung kebaikan bukan untuk menyombongkannya. Tapi untuk memastikan bahwa kita telah melakukan amal kebaikan. Karena banyak orang tertipu, merasa sudah banyak beramal padahal kenyataannya tidaklah demikian.

 

Di sini menyambut Ramadan dengan ibadah hati adalah dengan merasakan bahwa ibadah kita masih sangat kurang. Kalau kurang maka kita harus semangat lagi beribadahnya.

 

Kita beramal dengan niatan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat. Seperti Allah SWT firmankan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al-Hasyr: 18].

 

Memperbaharui dan meningkatkan ketakwaan

Semangat melaksanakan ibadah akan sangat bergantung dengan motivasi yang ada pada hati kita. Motivasi paling kuat mendorong untuk beramal adalah bagaimana mendapatkan kebahagiaan surga dan selamat dari siksa neraka.

 

Untuk bisa mendapatkan motivasi itu, kita perlu terus memupuk pengetahuan kita tentang akhirat. Tentang kebahagiaan surga dan mengerikannya siksa neraka. Pengetahuan yang benar akan melahirkan perasaan dalam hati. Perasaan rindu surga dan takut akhirat. Kedua perasaan itulah yang akan mendorong kita untuk beramal ibadah dan menjauhi kemaksiatan.

 

Untuk itu kita perlu banyak melakukan pembelajaran baik melalui majelis taklim, membaca buku, tilawah beserta tadaburnya, membaca buku-buku tafsir, berzikir, dan sebagainya.

 

Selalu bersifat inkisar

Hal yang akan menghentikan kita dari giat beribadah adalah perasaan telah melakukan dan mendapatkan banyak hal. Bagaikan titik, perasaan ini akan menghentikan dan mengakhiri sebuah kalian.

 

Oleh karena itu sebaiknya kita menghadirkan perasaan sebaliknya. Kita menyambut Ramadan dengan ibadah hati. Merasa diri belum melaksanakan apa-apa, dan belum mendapatkan kemuliaan apa-apa. Kita tidak boleh menyombongkan amal perbuatan kita.

 

Dalam hal ini kita bisa belajar dari para nabi. Nabi Yusuf as. misalnya yang berdoa:

أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

 

“Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” [Yusuf: 101].

 

Bagaimana Nabi Yusuf as. memohon untuk Allah SWT wafatkan dalam kondisi sebagai seorang Muslim. Kita mungkin bisa bertanya, kenapa beliau memohon hal seperti itu? Apakah beliau bukan seorang Muslim? Tentulah tidak demikian.

 

Kenapa juga beliau memohon dimasukkan ke dalam golongan orang-orang salih. Apakah beliau bukan orang salih? Tentulah tidak demikian. Itulah sifat inkisar. Walaupun seorang nabi, tapi tetap merasakan diri bukan siapa-siapa.

 

Demikianlah hendaknya kita menyambut bulan Ramadan dengan ibadah hati. Karena tujuan puasa Ramadan adakan mewujudkan ketakwaan yang merupakan amalan dan ibadah hati.

 

===

Sumber: mukjizat.co




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment