[KHUTBAH IDUL ADHA 1442 H] Kurban, Ibadah Sepanjang Zaman

By Muslim ID |    588 Views 16 Jul 2021, 08:10:04 WIB Khutbah
[KHUTBAH IDUL ADHA 1442 H] Kurban, Ibadah Sepanjang Zaman

Keterangan Gambar : ilustrasi (pixabay)


Oleh: Dr. Atabik Luthfi Lc., MA

 

االلهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُز 
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
 الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، وَهُوَ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.  أَمَّا بَعْدُ، 
فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ

Baca Lainnya :

 

Jama’ah Shalat Idul Adha yang senantiasa mengharapkan ridha Allah swt.

 

Alhamdulillah, suatu kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terhingga, di waktu dhuha hari ini kita merayakan Idul Adha, hari raya terbesar umat Islam, setelah dua bulan sebelumnya kita merayakan Idul Fithri. Idul Adha memiliki nilai keutamaan dan keistimewaan sendiri; Dua ibadah agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Kedua-duanya disebut oleh Al-Qur'an sebagai salah satu dari syi'ar - syi'ar Allah SWT yang harus dihormati dan diagungkan oleh hamba-hambaNya. Bahkan mengagungkan syi'ar - syi'ar Allah merupakan pertanda dan bukti akan ketaqwaan seseorang seperti yang ditegaskan dalam firmanNya: 

 

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar - syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati". (Al-Hajj: 33).

 

Atau menjadi jaminan akan kebaikan seseorang di mata Allah seperti yang diungkapkan secara korelatif pada ayat sebelumnya,

 

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَٰتِ ٱللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ ۗ
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya". (Al-Hajj: 30)


Kedua ibadah agung ini yaitu ibadah haji dan ibadah qurban hanya mampu dilaksanakan dengan baik oleh mereka yang memiliki kedekatan dengan Allah swt,  yang merupakan makna lain dari hari raya ini: "Qurban" yang berasal dari kata "qaruba - qaribun" yang berarti "dekat". Seorang hamba yang memiliki kedekatan dengan Rabbnya, ia akan menyambut "Labbaik Allahumma Labbaik" – ya Allah...Hamba memenuhi seruanMu ya Allah – Dengan senang hati, ia mudah  mengorbankan semua yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah swt.

 

Mencapai posisi dekat "Al-Qurban/Al-Qurbah" dengan Allah tentu bukan merupakan bawaan sejak lahir, atau dapat dicapai dengan ‘instan', namun melalui proses panjang ‘mujahadah' dalam menjalankan apa saja yang diperintahkan Allah. Karena seringkali terjadi benturan dan tarik menarik antara keinginan diri (hawa nafsu) dengan seruan Allah swt. Dalam keadaan ini, akan nyata ketulusan seseorang apakah memilih untuk memenuhi seruan Allah, atau sebaliknya. Sehingga pertanyaan dalam bentuk "muhasabah: evaluasi diri" dalam konteks ini adalah: "Mampukah kita mengorbankan keinginan dan kesenangan kita, dengan lebih memprioritaskan perintah Allah swt, karena kita memang sudah berserah kepadaNya. Sekali lagi, ibadah haji dan ibadah qurban merupakan pintu gerbang mencapai kedekatan kita dengan Allah swt.

 

Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar WaliLLahil Hamd

 

Ibadah qurban secara historis merupakan ibadah pertama yang dijalankan oleh kedua purtra nabi Adam as. Saat Qabil menolak titah orang tuanya, karena menginginkan perkawinan sesuai dengan pilihannya, maka Allah swt perintahkan keduanya untuk mempersembahkan kurban sebagai bukti kesungguhan dan ketulusan mereka dalam memenuhi perintah Allah swt. Pada praktiknya, Qabil mempersembahkan yang terburuk dari usahanya sehingga ditolak oleh Allah swt, sedang Habil diterima kurbannya, karena memberikan yang terbaik dari yang dimilikinya.

 

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱبْنَىْ ءَادَمَ بِٱلْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ ٱلْءَاخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلْمُتَّقِينَ 
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".(Al-Ma’idah: 27)

 

Rasulullah saw juga mencontohkan hewan kurban yang disembelihnya adalah hewan kurban terbaik, sebagai implementasi dari nilai takwa yang paripurna di sisi Allah swt. Karena alat ukur takwa tidak hanya secara bathin dalam bentuk keikhlasan, namun juga secara lahir dalam bentuk hewan kurban yang disembelihnya, dari yang terbaik dan memenuhi ketentuan persyaratan hewan yang ditetapkan oleh para ulama.


ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ قَالَ وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا قَالَ وَسَمَّى وَكَبَّرَ
 

“Rasulullah saw berkurban dengan dua ekor kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya (paling bagus). Anas ra berkata : “Aku melihat beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah dan takbir” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Ma'asyiral muslimin wal muslimat rahimakumuLlah.

 

Sejarah kedua ibadah kurban adalah di masa nabi Ibrahim as, yang selanjutnya menjadi syariat ibadah umat nabi Muhammad saw. Ibadah kurban yang dilaksanakan oleh nabi Ibrahim as menunjukkan ketaatannya yang totalitas kepada Allah swt, karena yang dikurbankan adalah anaknya sendiri, atas perintah Allah swt yang datang melalui mimpi.

 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
 "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (Ash-Shaffat: 102).

 

Begitulah manusia akan diuji dengan apa yang paling ia cintai dalam hidupnya. Dan akhirnya justru Allah swt mengganti putra yang hendak dikurbankannya, dengan domba yang sangat besar, yang setara dengan nilai keagungan nabi Isma’il as. Menurut Syekh Sa’di, Kurban yang terbaik akan diganti dan dibalas dengan yang paling baik oleh Allah swt, baik dalam bentuk limpahan karunia di dunia, maupun pahala di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah swt,


وَفَدَيْنَٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ 
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Ash-Shaffat: 107) 

 

Andaikan Ibrahim manusia yang dha'if, tentu akan sulit untuk menentukan pilihan diantara dua hal yang memiliki keterikatan besar dalam hidupnya; Allah atau Isma'il. Berdasarkan rasio normal, boleh jadi Ibrahim akan lebih memilih Ismail dengan menyelamatkannya dan tanpa menghiraukan perintah Allah, namun Ibrahim adalah sosok hamba pilihan Allah yang siap memenuhi dan menyempurnakan segala perintahNya, dalam bentuk apapun. 


وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ 
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".(Al-Baqarah: 124)

 

Dengan merenungkan keteladanan berkurban yang telah ditunjukkan oleh seorang Ibrahim, apapun Isma'il kita, apapun yang kita cintai, kurbankanlah manakala Allah menghendaki. Janganlah kecintaan terhadap isma'il - isma'il itu membuat kita lupa kepada Allah. Tentu, negeri ini sangat membutuhkan hadirnya sosok Ibrahim yang siap berbuat untuk kemaslahatan orang banyak meskipun harus mengorbankan apa yang dicintainya karena semangat berkurban hanya untuk kebaikan. Terlebih di saat pandemi sekarang ini, saat banyak mereka yang terdampak yang membutuhkan huluran bantuan. Sungguh apa yang pernah dijalankan oleh Ibrahim as, masih belum sebanding dengan kurban dan bantuan yang kita persembahkan saat ini. Karenanya perlu kita pertingkat kembali pengorbanan kita untuk Allah swt, dalam beragam bentuknya sebagai bukti takwa kita kepada Allah swt.
 

Hadirin Jama'ah Shalat Idul Adha yang berbahagia.

 

Keta'atan yang tidak kalah teguhnya dalam menjalankan perintah Allah adalah keta'atan seorang anak yang bernama Isma'il untuk menyempurnakan tugas ayahandanya. Pertanyaan besarnya adalah: kenapa Isma'il, seorang anak yang masih belia rela menyerahkan jiwanya?. Bagaimana Isma'il memiliki kepatuhan yang begitu tinggi?. Nabi Ibrahim senantiasa berdoa: "Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang shalih (Ash-Shaffat: 100). Maka Allah mengkabukan doanya: "Kami beri kabar gembira kepada Ibrahim bahwa kelak dia akan mendapatkan ghulamun halim". (Ash-Shaffat: 101).

 

Inilah rahasia kepatuhan Isma'il yang tidak lepas dari peran serta orang tuanya dalam proses bimbingan dan pendidikan. Sosok ghulamun halim dalam arti seorang yang santun, lembut yang mampu mengalahkan egonya tidak mungkin hadir begitu saja tanpa melalui proses pembinaan yang panjang. Sehingga dengan tegar Isma'il berkata kepada ayahandanya dengan satu kalimat yang indah: : "Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Allah, niscaya ayah akan mendapatiku insya Allah termasuk orang-rang yang sabar". (Ash-Shaffat: 102).

 

Orang tua mana yang tak terharu dengan jawaban seorang anak yang ringan menjalankan perintah Allah yang dibebankan kepada pundak ayahandanya. Ayah mana yang tidak terharu melihat sosok anaknya yang begitu lembut hati dan perilakunya. Disinilah peri pentingnya pendidikan keagamaan bagi seorang anak semenjak mereka masih kecil lagi, jangan menunggu ketika mereka remaja apalagi dewasa. Sungguh keteladanan Ibrahim bisa dibaca dari bagaimana ia mendidik anaknya sehingga menjadi seorang yang berpredikat ‘ghulamun halim'.

 

Demikian agung ibadah kurban yang menghadirkan sekian banyak pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan; pelajaran ketulusan dan keta’atan seorang Ibrahim as, pelajaran kesabaran seorang Isma’il as, pelajaran kesungguhan berkurban untuk memenuhi seruan Allah swt, dari yang terbaik, dengan cara yang terbaik, untuk meraih keterbaikan di dunia dan di akhirat. 

 

Di antara makna agung dari Idul Adha yang harus senantiasa dihadirkan saat ujian pandemi ini adalah semangat sepenanggungan dan kesetiakawanan sosial, dengan kesiapan berkurban untuk memenuhi mereka yang membutuhkan. Sebagaimana diisyaratkan oleh baginda saw,

 

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ 
 “Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan baginya kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang Muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama Muslim” (HR Muslim).  
  
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى.جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ عباده المتقين وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

===

Khutbah Kedua


اللَّهُ أَكْبَرُ  اللَّهُ أَكْبَرُ  اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ  وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ  أَمَّا بَعْدُ،
 

Hadirin wal Hadirat jama’ah shalat Idul Adha yang berbahagia

 

Marilah kita sejenak menundukkan hati, bermunajat kepada Allah swt di hari yang mulia ini. Kita doakan orang tua kita, anak-anak kita, keluarga dan kerabat kita, saudara-saudara dekat dan saudara-saudara jauh kita, serta masyarakat dan bangsa yang kita cintai ini. Mudah-mudahan senantiasa dalam perlindungan dan pertolongan Allah swt, khususnya terhindar dari keburukan pandemi covid 19.

 

 إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغىِ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيمِ وَعَظِيمِ سُلْطَانِكَ. 
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ .


Ya Allah, ampunilah kami semua, kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha mendengar, Maha Dekat, lagi Maha Mengabulkan do’a


 اَللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ.  اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti. Ya Allah, jadikanlah hari raya kami ini sebagai hari raya penuh kebahagiaan, sepenanggungan dan saling memberi kebahagiaan dan kasih sayang. Tambahkan untuk kami di dalamnya ketenangan dan kelembutan, kebaikan dan cinta, serta kembalikan untuk kami dengan kebaikan dan rahmat, keamanan dan keberkahan, ya Rabbal Alamin


اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, مذْهِبِ الْبَأْس, اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَآءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا
Ya Allah, Rabb manusia Yang Menghilangkan kesusahan, berilah kesembuhan, Engkaulah Zat Yang Maha Menyembuhkan.  Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain


نَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيمَ، رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَشْفِيَ مَرْضَاناَ وَمَرْضَى الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ

Kami memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Rabb dari ‘arsy yang agung, agar menyembuhkan kami yang sakit, dan seluruh kaum muslimin dan muslimat

 

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment